- Tokoh
dan Teori dasar Psikoanalisis
Pada tahun 1873 freud masuk fakultas kedokteran di Wina dan lulus pada tahun 1881 dengan yudisium excellent. Sebagai seorang ahli neurologi dia sering membantu masalah-masalah pasiennya seperti rasa takut yang irrasional, obsesi dan rasa cemas. Dalam membantu menyembuhkan masalah-masalah mental freud menggunakan prosedur yang inovatif yang dinamakan psikoanalisis. Penggunaan psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien untuk menggali pribadinya yang lebih dalam. Banyak buku yang telah di tulis freud, dan dari teori freud ini memiliki beberapa kelemahan terutama dalam hal-hal berikut :
- Ketidaksadaran (uniconsciousness) amat berpengaruh terhadap prilaku manusia. Pendapat ini menunjukan bahwa manusia menjadi budak dirinya sendiri.
- Pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukan bahwa manusia dipandang tidak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
- Kepribadian manusia
terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi
dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukan bahwa dorongan yang
lain dari individu kurang diperhatikan.
Semua teori kepribadian menyepakti bahwa manusia, seperti binatang lain, dilahirkan dengan sejumlah insting dan motifasi. Insting yang paling dasar ialah tangisan. Ketika lahir tentunya kekuatan motifasi dalam diri tentunya belum dipengaruhi oleh dunia luar.kekuatan ini bersifat mendasar dan individual.
Frued membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Prilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi antara ketiga komponen tersebut.
- Id (Das Es)
2. Ego (Das Ich)
Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani anatar id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan berorintasi pada prinsip realita (reality principle). Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic dan berfikir rasional. Dalam proses disebelumnya yaitu proses primer hanya membawanya pada suatu titik, dimana ia mendapat gambaran dari benda yang akan memuaskan keinginannya, langkah selanjutnya adalah mewujudkan apa yang ada di das es dan langkah ini melalui proses sekunder. Dalam upaya memuaskan dorongan, ego sering bersifat prakmatis, kurang memperhatikan nilai/norma, atau bersifat hedonis.
Hal yang perlu diperhatikan dari ego adalah :
- Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id.
- Seluruh energy (daya) ego berasal dari id
- Peran utama memenuhi kebutuhan id dan lingkungan sekitar
- Ego bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan individu dan pengembanbiakannya.
- 3. Super Ego (Das
Uber Ich)
- Merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif
- Mendorong ego untuk mengantikan tujuan-tujuan relistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
- Mengejar kesempurnaan.
(perfection)
Karakteristik
Sisitem Kepribadian Menurut Freud
ID
|
EGO
|
SUPEREGO
|
Sistem asli (the true
psychic), bersifat subjektif (tidak mengenal dunia objektif), yang
terdiri dari insting-insting dan gudangnya (reservoir) energy
psikis yang digunaka ketiga system kepribadian. |
Berkembang untuk memenuhi
kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energy
dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif (dunia nyata). |
Komponen moral kepribadian,
terdiri dari dua subsistem : kata hati (yang menghukum tingkahlaku
yang salah) dan ego ideal (yang mengganjar tingkahlaku yang
baik). |
3. Dinamika Kepribadian
Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Berdasarkan doktrin konservasi energi bahwa energi berubah dari energy fisiologis ke energi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa apabila energy digunakan dalam kegiatan psikologis seperti berfikir, maka energi itu merupakan energi psikis. Titik tumpu atau jembatan antara energi jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan instink-instinknya. Instink-instink ini meliputi seluruh energy yang digunakan oleh ketiga struktur kepribadian (id, ego, dan superego) untuk menjalankan fungsinya. Dinamika kepribadian terkait dengan proses pemuasan instink, pendistribusian energy psikis dan dampak dari ketidakmampuan ego untuk mereduksi ketegangan pada saat bertransaksi dengan dunia luar yaitu kecemasan (anxiety).
a. Instink
Instink merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes). Tujuan dari instink-instink adalah mereduksi ketegangan (tension reduction) yang dialami sebagai suatu kesenangan.
Freud mengklasifikasikan instink ke dalam dua kelompok, yaitu:
- Instink hidup (life instink : eros). Instink hidup merupakan motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku secara positif atau konstruktif, berfungsi untuk melayani tujuan manusia agar tetap hidup dan mengembangkan rasanya. Energy yang bertanggung jawab bagi instink hidup adalah libido. Libido ini bersumber dari erotogenic zones yaitu bagian-bagian tubuh yang sangat peka terhadap rangasangan seperti: bibir/mulut, dubur dan organ seks).
- Instink mati (death
instink : thanatos). Instink ini merupakan motifasi dasar manusia
yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang bersifat negative atau
destruktif. Freud meyakini bahwa manusia dilahirkan dengan mambawa
dorongan untuk mati (keadaan tak barnyawa = inanimate state).
Pendapat ini didasarkan kepada prinsip konstansi dari Fechner yaitu
bahwa proses kehidupan itu cenderung kembali kepada dunia yang
anorganis. Kenyataan manusia akhirnya mati, oleh karena itu tujuan
hidup adalah mati. Hidup itu sendiri tiada lain hanya perjalanan kea
rah mati. Dia beranggapan bahwa instink ini merupakan sisi
gelap dari kehidupan manusia.
Sumber dan tujuan instink bersifat tetap, sedangkan objek dan penggerak sering berubah-berubah. Apabila energi instink digunakan untuk mensubstitusi objek yang tidak asli, maka tingkah laku yang dihasilkannya disebut instink derivative.
b. Pendistribusian dan penggunaan Energi Psikis.
Dinamika kepribadian merujuk kepada cara kepribadian berubah atau berkembang melalui pendistribusian dan penggunaan energi psikis, baik oleh id, ego, maupun superegoengha. Id menggunakan energi ini untuk memperoleh kenikmatan (pleasure principle) melalui (1) gerakan refleksi dan (2) proses primer (menghayal atau berfantasi). Mekanisme atau proses pengalihan energi dari id ke ego atau dari id ke superego disebut identifikasi. Ego menggunakan energi untuk keperluan (1) memuaskan dorongan atau instink melalui proses sekunder, (2) meningkatkan perkembangan aspek-aspek psikologi, (3) mengekang menangkal id agar tidak bertindak impulsive atau irasional dan (4) menciptakan integrasi di antara ketiga sistem kepribadian dengan tujuan terciptanya keharmonisan dalam kepribadian, sehingga dapat melakukan transaksi dengan dunia luar secara efektif. Seperti halnya ego, superego memperoleh energy itu melalui identifikasi.
Oleh karena itu dalam proses pendistribusian energy itu terjadi persaingan antara ketiga komponen kepribadian, maka suasana konflik diantara ketiganya tidak dapat dielakan lagi. Disamping itu ada kemungkinan, ego mendapat tekanan yang begitu kuat, baik dari id maupun superego.
1. Konflik
Freud berasumsi bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari rentetan konflik internal yang terus menerus. Konflik (peperangan) antara id, ego, superego adalah hal yang bisa (rutin). Feurd menyakini bahwa konflik-konflik itu bersumber kepada dorongan-dorongan seks dan agresif.
Konflik sering terjadi secara tidak disadari. Walaupun tidak disadari, konflik tersebut dapat melahirkan kecemasan (anxiety). Kecemasan ini dapat dilacak dari kekhawatiran ego akan dorongan id yang tidak dapat di kontrol, sehingga melahirkan suasana yang mencekam/mengerikan. Setiap orang berusaha untuk membebaskan diri dari kecemasan ini yang dalam usahanya sering menggunakan mekanisme pertahanan ego.
2.Kecemasan
Kecemasan mempunyai peranan sentral dalam teori psikoanalisis, kecemasan digunakan oleh ego sebagai isyarat adanya bahaya yang mengancam. Perasaan terjepit dan terancam disebut kecemasan (anxiety). Perasaan ini berfungsi sebagai ego bahwa ketika dia bertahan sambil tetap mempertimbangkan kelangsungan hidup organism, dia sebenarnya sedang berada dalam bahaya.
Freud mengklasifikasikan kecemasan dalam tiga tipe, yaitu sebagai berikut:
Tipe
kecemasan
|
Pengertian
|
Kecemasan Realistik |
Resrpon terhadap ancaman
dari dunia luar atau perasaan takut terhadap bahaya-bahaya yang
nyata(real) yang berada di lingkungan. Contoh seorang merasa takut
bila di depannya ada ular. Maka orang tersebut mengalami kecemasan
realistik. |
Kecemasan Neurotik |
Respon yang mengancam dari
dorongan id ke dalam kesadaran. Kecemasan ini berkembang
berdasarkan pengalaman masa anak yang terkait dengan hukuman yang
maya (hayalan) dari orang tua atau orang lain yang mempunyai
otoritas secara maya pula untuk memuaskan dorongan instinknya.
Neurotik adalah kata latin dari perasaan gugup. |
Kecemasan moral |
Respon superego terhadap
dorongan id yang mengancam untuk memperoleh kepuasan secara
“immoral”. Kecemasan ini di wujudkan dalam bentuk perasaan
bersalah (guilty feeling) atau rasa malu (shame). Seseorang yang
mengalami kecemasan ini, merasa takut akan dihukum oleh
superegonya atau katahatinya. |
Mekanisme pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus yaitu : (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan perasaan bersalah. Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id dan superego. Namun kecemasan begitu menguasai, ego harus berusahan mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.
Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego itu adalah sebagai berikut.
- Represi
2. Projeksi
Projeksi merupakan pengendalian pikiran, perasaan, dorongan diri sendiri kepada orang lain. Dapat juga diartikan sebagai mekanisme perubahan kecemasan neurotik dan moral dengan kecemasan realistik. Anna freud mengatakan projeksi sebagai penggantian kea rah luar atau kebalikan dari melawan diri sendiri, mekanisme ini meliputi kecendrungan untuk melihat hasrat anda yang tidak bisa diterima oleh orang lain. Projeksi memungkinkan orang untuk mengatakan dorongan yang mengancamnya dengan menyamarkanya sebagai pertahanan diri. Projeksi bertujuan untuk mengurangi pikiran atau perasaan yang menimbulkan kecemasan.
3. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation).
Pembentukan reaksi atau reaksi formasi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya dalam kesadarannya (Hall dan Gardner). Dapat juga di artikan pergantian sikap dan tingka laku dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Bertujuan untuk menyembunyikan pikiran dan perasaan yang dapat menimbulkan kecemasan. Mekanisme ini biasanya ditandai dengan sikap atau perilaku yang berlebihan atau bersifat kompulsif, biasanya dari perasaan yang negatif ke positif meskipun kadang-kadang terjadi dari negatif ke positif. Dalam hal ini Freud berpendapat bahwa laki-laki yang suka mencemoohkan homoseksual merupakan ekspresi dari perlawanannya akan dorongan-dorongan homoseksual dalam dirinya sendiri.
4. Pemindahan Objek (Displacement)
Displacement adalah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau, Corey (2003:19). Menurut Poduska (2000:119) displacement ialah mekanisme pertahanan ego dengan mana anda melepaskan gerak-gerik emosi yang asli, dan sumber pemindahan ini dianggap sebagai suatu target yang aman. Mekanisme pertahanan ego ini, melimpahkan kecemasan yang menimpa seseorang kepada orang lain yang lebih rendah kedudukannya.lebih lanjut dikatakan pemindahan objek ini merupakan proses pengalihan perasaan (biasanya rasa marah) dari objek (target) asli ke objek pengganti. Contohnya: seorang pegawai yang dimarahi atasannya di kantor, pada saat pulang dia membanting pintu dan marah-marah pada anaknya.
5. Faksasi
Faksasi ini merupakan mekanisme yang memungkinkan orang mengalami kemandegan dalam perkembangannya, karena cemas untuk melangkah ke perkembangan berikutnya. Faksasi ini bertujuan untuk menghindari dari situasi-situasi baru yang dipandang berbahaya atau mengakibatkan frustasi. Contohnya anak usia 7 tahun masih ngeisap jempol dan belum berani berpergaian tanpa ibunya.
6. Regresi
Regresi adalah kembali ke masa-masa di mana seseorang mengalami tekanan psikologis. Kerika kita menghadapi kesulitan atau ketakutan, perilaku kita sering menjadi kekanak-kanakan atau primitif. Dapat dikatakan pula pengulangan kembali tingkah laku yang cocok bagi tahap perkembangan atau usia sebelumnya (perikaku kekanak-kanakan). Contohnya seorang yang baru pensiun akan berlama-lama duduk di kursi goyang dan bersikap seperti anak-anak, serta menggantungkan hidupnya pada isntrinya.
7. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan penciptaan kepalsuan (alas an-alasan) namun dapat masuk akal sebagai upaya pembenaran tingkah laku yang tidak dapat diterima. Menurut Berry (2001:82), rasionalisasi ialah mencari pembenaran atau alasan bagi prilakunya, sehingga manjadi lebih bisa diterima oleh ego daripada alasan yang sebenarnya. Rasionalisasi ini terjadi apabila individu mengalami kegagalan dalam memenuhi kebutuhan, dorongan atau keinginannya. Dia mempersepsikan kegagalan tersebut sebagai kekuatan yang mengancam keseimbangan psikisnya (menimbulkan rasa cemas).
8. Sublimasi
Sublimasi adalah mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima, apakah itu dalam bentuk seks, kemarahan, ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial. Dengan kata lain sublimasi ini merupakan pembelotan atau penyimpangan libido seksual kepada kegiatan yang secara sosial lebih dapat diterima. Dalam banyak cara, sublimasi merupakan mekanisme yang sehat, karena energi seksual berada di bawah kontrol sosial. Bagi Freud seluruh bentuk aktivitas positif dan kreatif aadalah sublimasi, terutama sublimasi hasrat seksual.
9. Identifikasi
Identifikasi merupakan proses memperkuat harga diri (self-esteem) dengan membentuk suatu persekutuan (aliansi) nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok. Identifikasi ini juga merupakan satu cara untuk mereduksi ketegangan. Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang dipandang sukses atau berhasil dalam hidupnya. Identifikasi dengan penyerangan adalah bentuk introjeksi yang terfokus pada pengadopsian, bukan dari segi umum atau positif, tapi dari sisi negatif.
4. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun, meliputi beberapa tahap yaitu tahap oral, tahap anal, tahap halik, tahap laten, dan tahap genital.
Freud yakin “Anak adalah ayah manusia” adalah menarik menentukan preferensi kuat pada penjelasan genetik atas tingkah laku orang dewasa semacam itu, Sementara Freud sendiri jarang menyelidiki anak-anak kecil secara langsung. Ia lebih suka melakukan menyelidiki struksi tentang kehidupan masa silam seseorang berdasarkan evidensi yang terdapat dalam ingatan-kenangannya di masa dewasa.
Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yaitu (a) proses pertumbuhan fisiologis, (b) frustasi-frustasi, (c) konflik-konflik, dan (d) ancaman-ancaman. Sebagai akibat langsung dari meningkatnya ketegangan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber ini, sang pribadi terpaksa mempelajari cara-cara baru mereduksikan tegangan. Proses belajar inilah yang dimaksudkan dengan perkembangn kepribadian.
Identifikasi dan pemindahan (displacement) adalah dua cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi frustrasi-frustrasi, konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikanya bagian yang tak terpisahkan dari kribadiannya sendiri. Freud lebih suka memakai istilah identifikasi daripada imitasi karena ia berpendapat bahwa imitasi mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang bersifat dangkal dan sementara padahal ia menginginkan suatu kata yang mengandung pengertian tentang sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat permanen kepada kepribadian.
Identifikasi juga merupakan cara dengan mana orang dapat memperoleh kembali suatu objek yang telah hilang. Dengan mengidentifikasikan diri dengan orang terkasih yang telah meninggal atau terpisah, maka orang yang telah hilang itu dijelamakan kembali dalam bentuk ciri tertentu yang meresap atau melekat pada kepribadian seseorang. Identifikasi semacam ini merupakan dasar pembentukan superego.
Struktur final kepribadian merupakan akumulasi berbagai identifikasi yang dilakukan pada berbagai masa kehidupan seseorang, kendati ibu dan ayah mungkin merupakan tokoh-tokoh identifikasi terpenting dalam kehidupan seseorang.
Pemindahan objek asli yang dipilih instink tidak dapat dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam (anti-kateksis), maka suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu juga terhalang, maka akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya sampai ditemukan objek yang mampu untuk mereduksikan tegangan habis, dan segera dicari lagi suatu objek tujuan yang cocok. Sepanjang rangkaian pemindahan yang banyak dan yang merupakan perkembangan kepribadian, sumber dan tujuan instink tetap, hanya objeknya yang berubah-ubah.
Minat-minat, keterikatan-keterikatan dan semua bentuk lain motif-motif yang diperoleh tetap bertahan karena gagal memberikan kepuasan yang sempurna. Setiap kompromi sekaligus adalah penolakan. Seseorang melepaskan sesuatu yang sesungguhnya diinginkannya tetapi tidak dapat dimilikinya, dan menerima sesuatu yang kedua atau ketiga terbaik yang dapat dimilikinya (Hall, 1954). Freud mengemukakan bahwa perkembangan peradaban di mungkinkan oleh pengekangan terhadap pemilihan-pemilihan objek primitive serta pengalihan energy instink ke saluran-saluran yang dapat diterima oleh masyarakat dan secara cultural kreatif. Suatu pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut sublimasi.
Arah yang ditempuh pemindahan ditentukan oleh dua faktor. Faktor-faktor ini adalah (a) kemiripan objek pengganti dengan objek aslinya, dan (b) sanksi-sanksi dan larangan-laranganyang diterapkan masyarakat.
- Tahapan-tahapan
Perkembangan
a. Tahap Oral
Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam aktivitas oral ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk memdapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa ini. Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah keinginan kembali ke dalam rahim.
b. Tahap Anal
Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai khusus. Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya konon sumber akarnya terbentuk dalam tahap anal.
c. Tahap Phalik
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus. Freud memandang keberhasilan mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya.
Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual, setiap jenis tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis. Asumsi tentang biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-kelenjar endokrin yang secara agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon seks perempuan terdapat pada masing-masing jenis. Timbul dan berkembangnya kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.
d. Tahap Latensi
Masa ini adlah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar)
e. Tahap Genital
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
Meskipun demikian Freud membedakan empat tahap perkembangan kepribadian, namun ia tidak mengasumsikan bahwa terdapat batas-batas tajam atau transisi-transisi yang mengejutkan dalam peralihan dari satu tahap ke tahap yang lain. Bentuk akhir organisasi kepribadian menurut hasil sumbangan dari keempat tahap itu.
5. Implikasi Teori Kepribadian Psikoanalis Terhadap Bimbingan dan Konseling
Psikoanalisis dipandang sebagai pendekatan atau metode terapi (Bimbingan dan Konseling). Ada beberapa Implikasi teori psikoanalisis terhadap bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut ;
- Tujuan Bimbingan dan
Konseling
- Memperkuat ego, sehingga mampu mengontrol dorongan-dorongan instrinsik
- Meningkatkan kemampuan individu dalam bercinta dan bekerja
2. Metode Bimbingan dan Konseling
Yang menjadi fokus utama bimbingan dan konseling adalah represi yang tidak terpecahkan, dengan cara menganalisa pengalaman masa lalu pasien. Beberapa metode yang dapat diterapkan yaitu;
1) Asosiasi Bebas
Klien diminta untuk mengatakan (mengungkapkan) apa saja yang berada dalam pikirannya (perasaannya).
2) Analisis Mimpi
Untuk menelusuri akar masalah yang dialami klien dapat dengan cara mengungkapkan isi mimpinya, karena ketika tidur maka keadaan ego menjadi lemah untuk mengontrol dorongan-dorongan Id atau hal-hal yang tidak disadari, sehingga dapat mendesak ego untuk memuaskannya.
3) Interpretasi
Setelah masalah pasien diketahui secara jelas, kemudian konselor mulai menginterpretasi masalah klien, dan terdorong untuk mengakui ketidaksadarannya baik terkait dengan pikiran, kegiatan atau keinginan-keinginannya.
4) Resistansi
Sikap resisten dipicu oleh ketidaksadaran dan pertahanan diri yang terancam, resistensi klien dinyatakan dalam banyak cara seperti; tidak menepati janji, menolak interpretasi dan banyak mengahabiskan waktu untuk diskusi
5) Transferensi
Transferensi terjadi ketika klien merespon analisa konselor sebagai figure orangtua, respon ini bisa bersifat positif dan bisa juga negative tergantung pada suasana emosional yang dialaminya, sehingga dapat menimbulkan terjadinya reaksi-reaksi atau konflik-konflik lama.
Reaksi transferensi klien terhadap konselor dipengaruhi oleh prasangka-prasangka yang tidak realistic sebagai refleksi dari suasana emosional masa lalunya.
6. Komentar Para Ahli tentang Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
Teori psikoanalisis dipandang banyak orang sebagai teori yang controversial, terutama yang terkait dengan pelecehan harkat – martabat manusiadan kesucian agama. Freud tidak menempatkan manusia tidak lebih mulia daripada hewan.
Komentar para ahli antara lain ;
- Djamaludin A dan Fuat NS 1994:68
“Kita semua tahu setengah abad lebih yang silam, penelitian – penelitian yang dilakukan Charles Darwin dan kolega-koleganya telah mengakhiri kecongkakan manusia, sungguh manusia bukanlah makhluk yang berbeda apalagi lebih unggul dari pada binatang.”
- Malik B Badri 1986 :43
Mengemukakan bahwa para psikolog bereksperimen dan menganut aliran tingkah laku mengkritik teori psikoanalisis hanya sebagai spekulasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui observasi dan oleh karena itu tidak ilmiah.
- Muh.Quthb, 1989:24
Carl Gustav Jung dalam bukunya “Memorial of Freud” mengatakan “Freud telah berwasiat kepadaku, bahwa wajib menghancurkan semua kepercayaan agama.”
- Hartman (Bapak psikologi ego)
Ego tidak berkembang dari id, karena setiap system adalah asli, predisposisi yang inhern, dan masing-masing independen dalam perkembangannya. Proses ego dinetralisasi dari energy seksual dan agresif. Fungsi ego bukan reality testing sebagai pemuas id, akan tetapi adavtive function terhadap dunia luar. Inilah cognitive processes seperti mempersepsi, mengingat dan berpikir.
- Ronald Fairbairn
Mengemukakan ;
- Ego berada sejak lahir, yang memiliki struktur dinamika sendiri, dan sumber energy sendiri
- Dalam kenyataan, yang ada hanya ego, sedangkan id tidak ada. Oleh karena itu tidak ada konflik antara id dan ego
- Ego berfungsi untuk
mencari (seek), menemukan (find), dan membangun relasi dengan
objek-objek di dunia luar.